31/12/2021

REFLEKSI AKHIR TAHUN. " Hidup yang tidak direfleksikan tidaklah layak untuk di jalani "

Dengan penuh kesadaran diri, mari kita berdiam diri sejenak untuk merenung. Rasakan setiap tarikan dan hembusan napas kita, sadarlah bahwa kita masih diberi kesempatan untuk menikmati 
hidup ini. Mari dalam hening kita bersyukur atas rahmat kehidupan yang kita peroleh pada tahun 2021,
kita berdoa bagi saudara-saudari yang telah mendahului kita menuju rumah keabadian dalam doa kita hantar mereka. 

Sadarlah bahwa pada waktunya kita juga akan seperti mereka meninggalkan kehidupan ini dan menjalani kehidupan abadi, sesungguhnya kita manusia mengalami kehidupan yang layak namun kita harus menyadari bahwa kematian itu nyata bagi kita semua.

Kini kita dipenghujung akhir tahun  dalam hitungan kalender tahunan 2021, sisa beberapa jam lagi kita meninggalkannya dan memasuki tahun baru 2022. 12 bulan telah kita lalui 360 hari telah kita jalani, banyak kisah kehidupan sudah kita jalani bersama ada canda dan tawa, suka dan duka, susah dan senang semua kita lalui dengan baik, kita juga telah menulis di setiap lembaran kehidupan dengan beragam topik tentang kehidupan ini. 

Saya mengajak mari kita bersyukur atas setiap pengalaman hidup yang telah kita lalui dan jalani bersama di tahun 2021, kita menyadari bahwa sering kali kita lalai dalam menjalani panggilan hidup ini, aneka pengalaman dan warnawarni kehidupan membentuk kita untuk menjadi peribadi yang matang dan dewasa dalam bersikap, berpikir, berperilaku dan bertindak.

Oleh karena itu pada kesempatan ini, saya mengajak kita membuka kembali lembaran kehidupan kita sejak awal 1 Januari hingga 31 Desember 2021 ini, apa saja yang telah kita lakukan terhadap sesama saudara kita ? untuk itu sekali lagi saya mengajak kita di lembaran terakhir peziarahan kita di tahun 2021 ini untuk kembali merefleksikan pengalaman hidup yang telah kita jalani itu. 

kita sebagai manusia yang rapuh, penuh dengan salah dan dosa Kemabli kita menoreh kebelakang untuk melihat setiap anak tangga 
kehidupan yang sudah kita tapaki bersama di setiap harinya hingga di penghujung tahun ini, apapun yang telah terjadi biarlah itu menjadi kenangan dan pelajaran bagi kita untuk memulai menapaki anak tangga di tahun yang baru. 

Tiga tahun sudah kita ditimpa bencana global yakni dari awal tahun 2019 kita di guncang dengan munculnya virus baru yakni virus Covid 19, Virus ini muncul di Wuhan (Tiongkok). Kemunculan virus ini menciptakan ketakutan global yang sungguh mecekam oleh karena daya membunuhnya sangat kejam.

Kekejaman virus ini mengakibatkan terjadinya banyak kematian, tidak saja masyarakat biasa, Pejabat maupun  Kepala Negaranya sendiripun terinveksi dan terpapar bahkan ada yang meninggal dunia oleh karena ganasnya virus Covid 19 ini. 

Di Negeri kita Indonesia juga tidak luput dari serangan virus ini oleh karena keluar masuknya warga negara asing maupun warga negara Indonesia yang mengenyam pendidikan maupun merantau di luar negeri yang dengan tidak sengaja masuk ke wilayah Kesatuan Repulik Indonesia membawa virus ini sehingga banyak masyarakat kitapun terinfeksi hingga ada yang terpapar akibat ganasnya  virus ini.

Penyebaran virus ini hingga  ke seluruh pelosok wilayah Negara Kesatuan Repulik Indonesia, dengan kasus penyebaran virus Covid 19 yang sangat tinggi mengakibatkan jutaan masyarakat Indonesia meninggal dunia.


Dalam situasi protokol kesehatan oleh karena Corona virus beberapa bulan yang lalu terjadi gunung meletus, gempa bumi, bencana banjir, dan kejadian-kejadian lainnya membuat kita larut dalam penderitaan, banyak masyarakat kehilangan tempat tinggal oleh karena kemurkaan alam ini kepada kita umat manusia, atas kejadian ini siap yang bertanggung jawab, hanya waktulah yang dapat menentukan. 

Terhadap penderitaan ini, kadang kita menggugat Tuhan, oleh karena bencana yang bertubi-tubi datang dalam kehidupan kita, bahkan kita menghujat_Nya seolah Tuhan  tidak berbelaskasih. 

Perlu kita ketahui bahwa sesungguhnya penderitaan yang menimpa kita adalah kesalahan 
manusia itu sendiri. Karena tidak pernah menyadari bahwa sebelum adanya manusia Tuhan mendahului menciptakan alam dan isinya, kita manusia hanya pelengkap untuk mengolah ciptaan yang ada. 

Sehingga dalam menghadapi penderitaan kita harus dengan kesadaran penuh menyerahkan diri seutuhnya kepada Tuhan oleh karena Ia tidak akan mencobai melebihi batas kemampuan manusiawi kita. 

Untuk itu marilah di akhir tahun 2021 ini dengan segala kerendahan hati kita mengucap syukur dan berterima kasih oleh karena kita masih diberi kesempatan untuk menikmati tahun yang baru.

Allah yang maha baik, Engkaulah Gembala yang selalu menjaga, 
melindungi, dan menuntun kami dalam menjalani hidup ini. 

Engkau telah menjaga, melindungi dan mendampingi
kami dari awal hingga akhir tahun ini. Kami bersykur dan Memuji_Mu dengan 
sejuta kenangan sebab kami telah berpetualang menjelajahi rimba raya kebesaran_Mu sambil memahat sejarah hidup kami dalam prasasti waktu 
yang terus berputar. 

Hari ini kami sudah tiba di penghujung tahun 2021 
namun perjuangan kami belum selesai. Maka kami mohon berkatilah kami 
dan segala pekerjaan kami. Ampunilah segala dosa dan salah kami agar mampu 
mengayunkan langkah memasuki tahun baru dengan semangat yang baru. Namamu Ya Tuhan, Kami Puji kina dan sepanjang masa, AMIN.

Senja menjelang akhir tahun. 

Penulis, Ama Helan 
Editor, Hengki Mau.
 

30/12/2021

PENGABDIAN DAN TANGGUNG JAWAB.

Sebagai manusia dan makhluk ciptaanTuhan yang sempurna, juga sebagai makhluk sosial yang hidup dalam lingkungan masyarakat, sering kita dibebani dengan tanggung jawab, baik untuk keluarga, sahabat, kepada organisasi Pemerintahan dan Lembaga-lembaga sosial yang berhubungan erat dengan kepentingan masyarakat. Beban tanggung jawab yang kita emban adalah suatu kepercayaan dan penghargaan dari orang yang memberikan kepercayaan kepada kita dan sebagai penerima amanat kita harus menjalaninya dengan penuh tanggung jawab oleh karena itu bagian dari pengabdian kita kepada sesama. 

Para pembaca yang budiman berbicara soal pengabdian di era perkembangan jaman dan kemajuan teknologi, untuk saat ini sudah sulit bagi kita menemui orang-orang yang mau mengabdi, bertanggung jawab dan loyal terhadap pekerjaan maupun kepada pimpinan. Bahkan Kini  yang sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari orang atau kelompok tertentu bukannya mendukung para pimpinan untuk mensukseskan program-program yang telah ditetapkan bersama tetapi malah berusaha untuk menjatuhkan dengan berbagai cara bahkan mencampuri urusan prevasi pimpinan hanya karena persoalan yang sebenarnya dapat diselesaikan dengan baik. 

Para pembaca yang baik, tipe orang atau kelompok diatas adalah orang yang dapat dikategorikan sebagai manusia yang tidak memahami arti dari ilmu Etika, yang mengajarkan kita untuk saling menghormati antara satu sama lain, ya mereka dikuasai oleh keegoisan karena haus akan jabatan, kekuasaan dan kedudukan, pertanyaannya mengapa terjadi hal-hal seperti itu? apakah suatu kebiasaan yang sudah turun temurun terjadi dalam tubuh organisasi itu sendiri  ataukah memang ada yang sengaja melakukan hal itu? Kalau memang demikian kita turut perihatian dan sangat disayangkan oleh karena masih ada orang atau kelompok seperti mereka yang tidak menerima kelebihan orang lain. 

Para pembaca yang baik, jika masih ada orang-orang seperti diatas untuk membangun suatu Daerah, organisasi ataupun kelompok kerja tidak akan berjalan dengan baik karena menghadapi orang-orang tersebut harus dengan kerendahan hati, bijaksana, kalau tidak mereka akan berusaha untuk menggagalkan program-program kerja yang sudah disepakati bersama. 

Para pembaca yang baik dari tipe orang atau kelompok yang sering bersebrangan ada juga orang yang sangat mengerti dan memahami etika terutama etika birokrasi sehingga apapun yang terjadi dalam suatu kelompok atau organisasi baik itu hal baik maupun hal yang buruk sekalipun dapat diselesaikan dengan baik dan tidak menyerang prevasi orang lain. 
Tipe orang-orang ini sangat mengerti dan mengetahui tentang etika, mereka juga mencintai pekerjaan dan loyal terhadap pimpinan, semua pekerjaan dilakukan dengan ikhlas, bahkan diikuti dengan pengorbanan. 

Para pembaca yang budiman kadang kebanyakan orang salah artikan tentang pengabdian itu, mereka beranggapan pengabdian itu sebagai perbudakan, merasa senang dengan yang dilakukan oleh seseorang yang mengabdi kepadanya sebagai pimpinan atau atasan, sehingga membuat dia menjadi lupa diri memperlakukan orang yang mengabdi tersebut sebagai golongan perbudakan, dan pada kenyataannya pengabdian tersebut bukanlah perbudakan, sebab perbudakan selalu disertai dengan paksaan dan ketakutan, yang akhirnya menimbulkan pemberontakan, dan berakhir pada kehancuran.

Para pembaca yang budiman pengabdian adalah perbuatan baik berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat dalam satu ikatan peraturan yang dilakukan dengan ikhlas, dan pada hakekatnya pengabdian itu adalah tanggung jawab. 

Para pembaca yang budiman dalam pengabdian seseorang harus memiliki sifat tanggung jawab, karena bagaimanapun kita harus menepati apa yang sudah di tetapkan, dengan konsekuensi yang ada, dan tidak mengelak,dan harus menerima dengan berbesar hati. Oleh karena tanggung jawab merupakan perwujudan kesadaran akan kewajiban,menanggung segala sesuatu untuk memberikan jawaban dan menanggung semua akibatnya. Maka dengan demikian jika sesuatu hal terjadi kepada seseorang yang dibebani tanggung jawab ia wajib menanggung segala sesuatu itu yang sudah menjadi kewajibannya untuk bertanggung jawab. 

Para pembaca yang baik, orang yang bertanggung jawab adalah mereka yang dapat menyatakan diri sendiri bahwa apa yang di lakukannya baik adanya dan  tindakannya itu diterima baik adanya. Namun baik tidaknya menurut seseorang belum tentu baik menurut pendapat orang lain atas apa yang dikatakan baik menurut pendapat dirinya, oleh karena apa yang dilakukannya ditolak oleh orang lain.

Para pembaca yang baik tanggung jawab bersifat kodrati, artinya tanggung jawab itu sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia, setiap orang akan memikul tanggung jawabnya sendiri dan  apabila seseorang tidak mau bertanggung jawab, maka akan ada pihak lain yang memaksa untuk tindakan tanggung jawab tersebut.

Para pembaca yang budiman terkadang kita butuh waktu untuk menyendiri, supaya bisa berpikir jernih dan introspeksi diri oleh karena Introspeksi diri itu penting, bukan berarti kita saling mempersalahkan antara satu sama lain. Ya lebih baik introspeksi diri dari pada merendahkan orang lain dan  jangan juga menjadi hati yang menuduh tapi tidak bisa melihat dosanya sendiri.

Semoga bermanfaat 

Hengki Mau.

27/12/2021

PENCINTA TANPA NAMA

Adalah sebuah ungkapan lama yang sering di ilustrasikan oleh kebanyakan orang tentang sebuah perjalanan hidup seseorang dalam meraih suatu keberhasilan.

Para pembaca yang baik, sebagai mahluk sosial yang setara dengan gambaran dan rupa Allah, kita harus menjadi media bagi sesama kita untuk menjadi diri sendiri dalam menjalani panggilan hidup ini. Dalam menjalani kehidupan sosial, kita sebagai anggota masyarakat sering kita menjumpai dan mengalami berbagai persoalan, baik dalam hidup bermasyarakat, berkeluarga, berumah tangga, antara Suami dan isteri, antara orang tua dan anak, antara sahabat dan kenalan, " Pacar " bagi kaum muda dan anak remaja entah dia Cewek ataupun Cowok, pada intinya semua kita saling membutuhkan dan ada ketergantungan antara satu dengan yang lainnya oleh karena kita sebagai manusia dalam menjalani kehidupan ini  kita saling membutuhkan. 

Para pembaca yang budiman oleh karena kita adalah pelaku - pelaku yang menjalani hidup itu sendiri kita wajib mengetahui dan mengerti apa arti "Pencinta Tanpa Nama".

Pencinta Tanpa Nama adalah orang-orang yang telah berjasa kepada kita sejak kita terlepas dari pengawasan orang tua, sejak usia kita memasuki Pendidikan usia dini hingga terjun ke dunia kerja, dalam kurun waktu itu sering kita mengalami berbagai persoalan dan tantangan, sering juga kita menjadi orang yang paling terpuruk dalam lingkungan masyarakat oleh karena keterbatas dalam berbagai bidang, namun perlu kita sadari bahwa apapun yang terjadi dalam kehidupan kita, mengalami berbagai tantangan dan persoalan pasti ada saja sesama kita yang dengan caranya sendiri membantu kita. 

Para pembaca yang baik dalam proses perjalanan merai suatu keberhasilan sering kali kita mengalami gejolak dalam diri kita bagaimana menghadapi berbagai persoalan yang akan terjadi kelak, apakah kita bisa menyelesaikannya ataukah pasrah mengikuti irama waktu yang terus berjalan itu ? Para pembaca sekalian kita harus yakin bahwa dibalik semua persoalan itu akan ada hikmanya, Tuhan akan membantu kita melalui sesama yang selalu bersama kita.  Serumit apapun persoalan itu akan ada sesama kita yang tidak perna kita jumpai, mereka dengan caranya sendiri akan memberikan peneguhan dan kekuatan kepada kita untuk bangkit dari keterpurukan itu. 

Para pembaca yang budiman orang yang datang secara tiba-tiba saat kita mengalami suatu persoalan berat dan tidak dapat menyelesaikannya adalah mereka yang telah ditentukan oleh sang Ilahi, kehadiran mereka tidak pernah kita tahu karena mereka adalah para Pencinta Tanpa Nama yang secara misterius masuk kedalam kehidupan kita. 

Para pembaca yang baik ada juga para Pencinta Tanpa Nama yang selalu berbaur dan masuk dalam kehidupan kita, bersama dalam menjalani suka maupun duka, dilihat dari aura yang terpancar dari dalam diri menunjukan bahwa mereka adalah bagian dari kita yang selalu berjalan bersama dalam menjalani kehidupan ini, tipe pencinta nama yang satu ini ada saat kita mempunyai sesuatu ketika kita kekurangan dalam berbagai aspek mereka menghindar dan terus menghindar bahkan menghilang dalam pergaulan kita. 

Para pembaca yang budiman dalam menjalani kehidupan ini dari orang-orang ini kita dapat belajar bagaiman kita peduli terhadap sesama dalam menjalani kehidupan bersama, maka  jadilah orang baik apabila kita mau menjadi yang terbaik "  mereka telah memberi pelajaran berharga bagi kita dalam hidup menjalani kehidupan ini. 
Pembaca yang baik para Pencinta Tanpa Nama yang kita ulas di atas, adalah orang - orang yang sudah memberikan kepada kita makna kehidupan, bagaimana kita harus kuat dalam menghadapi kerikil-kerikil tajam dalam menjalani perjalanan hidup kita menuju suatu kehidupan yang lebih matang, berharga dan bermartabat. 

Para pembaca yang baik, siapakah mereka  yang telah melakukan kebaikan kepada kita hingga kita menjadi diri sendiri sampai titik ini ? Mereka adalah pencinta tanpa nama yang sangat peduli terhadap kita, Itulah cara Tuhan datang melalui para Pencinta Tanpa Nama  membantu kita membebaskan dari keterpurukan oleh karena keegoisan dan keserakahan manusia. 

Para pembaca yang baik dalam kehidupan kita sehari-hari  begitu banyak kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita untuk membantu sesama kita namun karena keserakahan membuat kita lupa diri akan kebaikan Tuhan sehingga banyak orang menjadi korban, menderita lahir bathin oleh karena kuasa dan keserakahan yang ada dalam diri setiap kita . 

Semoga bermanfaat

Hengki Mau

23/12/2021

Cerpen......ENAM KALI PONSELKU BERDERING

Pagi itu dalam suasana hening saya bangun dari tempat tidurku, terasa tubuhku hendak menggigil karena udara pagi yang begitu dingin, mungkin akan ada perubahan musim sehingga cuacanya dingin. 

Dalam kondisi masih mengantuk saya mencoba memaksakan diri untuk berlangka meninggalkan kamar tidur, saat itu seluruh tubuhku terasa berat karena kondisi masih mengantuk dan capek, maklum semalaman berada di acara pernikahan teman SMP ku di kecamatan tetanga meskipun mengantuk saya harus memaksakan diri untuk berlangka agar menyiapkan diri untuk berangkat kesekolah. 

Tepat jam 06.30 saya meninggalkan rumah berangkat ke sekolah, dalam perjalanan banyak kendaraan berlalu lalang ada mobil, motor ada juga yang sementara berjalan kaki sambil memikul barang-barangnya entah mau kemana merekalah yang tahu tujuannya.

Kurang lebih tiga puluh menit saya tiba di sekolah, disana terlihat para guru dan siswa-siswi  sudah menyiapkan diri untuk apel pagi. Selamat pagi saya ucapkan kepada beberapa siswa yang menyapaku dengan seyuman khas antara kakak dan adik. Saya terus berlangkah menuju ruang guru untuk menyimpan tas yang lumayan berat karena terisi beberapa buku cetak dan lembaran jawaban soal-soal siswa-siswi kelas X SMP dan kelas XI SMA.

Diruang guru sudah ada beberapa teman guru yang sudah menunggu disana. Kusapa teman-teman guru itu dengan ucapan “ selamat pagi apa kabar semua pagi ini….?” Sapaanku itu membuat teman-teman guruku senang membuat suasana ruang guru itu semakin menyenangkan.  

Setelah apel pagi para siswa dan siswi menuju kelasnya masing-masing untuk menerima pelajaran dari guru yang mempunyai jadwal mengajar. Hari itu saya hanya membagi lembaran jawaban kepada siswa -siswi kelas X SMP dan kelas XI SMA sambil membahas kembali soal-soal yang tidak dimengerti oleh siswa-siswi baik SMP maupun SMA. 

Siang itu sekitar jam 13.00 dibawa terik matahari yang begitu panas para siswa dan siswi berbaris didepan halaman sekolah untuk mendengarkan pesan-pesan dari bapak kepala sekolah. Suatu kebiasaan yang selalu dilakukan oleh bapak kepala sekolah adalah selalu memberi  pesan-pesan kepada para siswa dan siswi untuk selalu berhati-hati dalam perjalanan pulang menuju kerumah, hal ini dilakukan oleh pimpinan sebagai bentuk perhatian kepada siswa-siawi dan memberi semangat, motivasi untuk menjadi peribadi yang baik. 

Setelah siswa dan siswi meninggalkan lingkungan sekolah kami para gurupun berpamitan meninggalka sekolah dan masing-masing pulang kerumah, dari halaman sekolah saya  berlangkah meninggalkan kawasan itu menelusuri jalan raya sambil sesekali menahan motor ojek yang hilir mudik. Beberapa kali saya  menawarkan diri untuk menumpang motor ojek namun tidak ada yang berhenti. 

Dengan hati yang tenang saya berlangkah dan terus berlangkah sambil melihat-lihat kalau-kalau ada motor ojek yang lewat yang bisa kutawar untuk mengantar saya ke rumah, namun tidak satupun ojek yang melintas berpapasan maupun berlalu dari belakang saya. 

Cape rasanya sudah setengah kilo saya menempuh perjalanan namun tidak satupun motor ojek yang berlalu-lalang, mungkinkah karena hari sudah siang para tukang ojek kembali kerumah untuk makan siang  ataukah mereka sudah jenuh untuk mencari uang tanyaku dalam hati. 

Dalam kondisi  lapar, haus dan letih karena sudah menempuh perjalanan yang lumayan  jauh, dari lingkungan sekolah hingga kompleks pertokoan, saya tidak patah semangat maka dengan tenang saya berjalan dan terus berjalan melewati lorong-lorong pertokoan itu dan sesekali menahan motor ojek yang berlalulalang namun tidak satupun yang berkeinginan untuk berhenti.

Cape rasanya, saya sudah berjalan sejauh satu kilo meter namun tidak  ada tumpangan, tanpa patah semangat dan dengan hati tenang saya berjalan ditemani hiruk pikuk kendaraan yang berlalu lalang seolah menemani perjalanan pulang kerumah.

Karena tidak ada tumpangan ojek sayapun memutuskan untuk berjalan hingga rumah tempatku tinggal. Waktu terus berlalu, senja hari sudah mulai nampak tanda malam akan tiba, perjalananku lumayan jauh membuatku meras letih dan capek, ya meskipun capek  saya harus mandi agar tubuh terasa segar kembali dan bisa menyiapkan materi untuk besok pagi.

Waktu telah menunjukan pukul 19.00 sebagai guru yang masih bujang semua kebutuhan makan dan minum sendiri menyiapkannya, setelah makan saya kembali menyiapkan materi sambil membaca bahan yang akan diberikan keesokan harinya  sambil diiringi musik intrumen saksofon Kenegy. Musik instrumen merupakan salah satu musik yang saya sukai sejak saya masih menjadi salah satu anggota Kongregasi ternama yang menghasilkan banyak Imam dan Bruder misionaris.

Ya meskipun kini saya memilih dan menjalani kehidupan baru saya tetap bangga menjadi  salah satu anggota tarekat ini, karena telah membentuk dan mendewasakan pribadi saya menjadi matang dan dewasa, mengetahui dan membedahkan yang baik dan buruk. 

Iringan musik saksofon Kenegy membuatku larut dalam membaca materi Budi Pekerti yang akan saya bawakan besok untuk siswa-siswi sehingga saya tidak sadar ada panggilan masuk di handphone saya, ketika saya lihat ternya susah kesekian kalinya panggilan masuk. 
Saya melihat layar ponsel disana terlihat ada nomor baru yang memanggil hingga enam kali panggilan,  siapa gerangan orang ini tanyaku dalam hati. 

Tiba – tiba panggilan masuk dan aku menerimanya. Halo selamat malam jawabku dan balasan dari yang menelpon, selamat malam kak, apakah benar ini dengan kak Hengki ?.... suara seorang gadis yang begitu lembut dan menggoda ..... ya benar  jawabku ,maaf ini dengan siapa tanyaku kepadanya. Dengan Sherly kak jawabnya. Aku bingung siapa Sherly itu dan dimana kami perna bertemu. Halo kak masih ingat sayakan ? saya Sherly katanya lagi. Hem........maaf ade kamu Sherly siapa ya soalnya saya sudah lupa, oya kita perna bertemu dimana tanyaku kepadanya. Terimakasih  ya kak karena kakak telah menyadarkan saya, sekarang saya sudah berubah tidak seperti dulu lagi. Saya sudah menjadi orang yang baik, sudah meninggalkan kehidupan yang perna saya jalani sebelumnya. 

Gadis ini begitu berapi-api mengucapkan terimakasih kepada saya, dan juga membuat saya  bingung...., Sherly siapa ya tanyaku dalam hati. Halo....kak Hengki ini saya Sherly yang perna kakak bebaskan dari belenggu dunia hitam  yang perna saya jalani waktu itu. 

Dari Kalimat, bahasa dan kata-kata yang diucapkannya saya mulai mengingat sosok seorang gadis manis yang perna saya jumpai ketika saya masih bekerja disalah satu media lokal yang ada di kota kami. Saat itu ia memutuskan untuk terjun ke dunia hitam akibat orang tuanya yang tidak menyetujui hubungan asmaranya dengan kekasih hatinya. 

Dengan hati yang senang dan gembira saya menyahutnya,.... Halo...... adik Sherly bagaiman keadaanmu, sekarang ada dimana? Tanyaku kepada Sherly. Saya baik – baik saja kakak, sekarang saya sudah bekerja di salah satu rumah sakit yang ada di kota kita,...  jawabnya, mendengar jawabannya saya merasa senang dan terharu ternyata nasehatku didengar oleh Sherly sang gadis manis yang perna terjun ke dunia hitam kala itu. 

Adik sherly provisiat ya dan terimakasih karena kamu sudah menjadi seorang gadis yang baik , maaf ya adik sherly tadi enam kali kamu telpon saya tidak tahu, soalnya nada dering ponsel tidak kedengaran oya bagaimana dengan kedua orang tuamu apa mereka sehat – sehat saja ?  tanyaku kepada sherly sang gadis manis yang kini menjadi salah satu karyawan di rumah sakit di kota kami itu. Kakak mereka baik – baik saja jawabnya. 

Dalam keheningan malam, butiran – butiran embun malam yang jatuh dari lagit diiringi angin sepoi – sepoi yang menyengat tubuh seolah mendampingi pembicaraan kami lewat telpon seluler membuat komunikasi malam itu menjadi hangat oleh karena suatu perubahaan yang  terjadi dalam diri sang gadis manis Sherly. Malam  itu kami berbagi keceriaan dan pengalaman hidup lewat telepon seluler  menceritakan liku – liku kehidupan yang sangat menantang di era globalisasi ini hingga jam menunjukan jam setengah sebelas malam. 

Karena keasikan berbicara sampai saya lupa menyediakan materi – materi ajar untuk keesokan harinya. Halo adik Shely saya minta maaf ya soalnya saya harus menyiapkan materi untuk besok mengajar. Agak lama Sherly menjawab enta kaget atau gugup saya tidak tahu. Tiba – tiba ia memanggil “ halo… kakak Hengki apakah saya tidak salah dengar katanya mau siapkan materi memangnya sudah jadi guru ya.

Tidak mau membuat dirinya penasaran  sayapun menjawabnya, ya adik Sherly sementara ini saya mengajar di salah satu sekolah yang ada di kota kita, Sherly berulang – ulang melontarkan pertanyaan mengenai status saya soalnya yang dia tahu saya adalah seorang wartawan di kota kami.

Halo….kakak benarkah sudah menjadi guru? pertanyaan yang sama dilontarkannya lagi. Ya adik untuk sementara saya membantu mengajar karena ada permintaan bantuan untuk mengajar makanya saya mengajar. Oh ya kakak provisiat ya berarti selama tidak ada kabar ini kakak lanjut kuliah,  Ya adik tetapi tidak selesai, jawabku. Hmmmm……. Kenapa tidak selesai. Ya ade, kita anak petani penghasilan orang tua tidak seberapa untuk biaya kuliah, apa lagi kuliahnya di jawa, belum makan minum, bayar kos, jadi ketika sudah tidak ada yang biaya lagi saya putuskan untuk kembali kampung halama. Ya kakak tidak apa – apa itu semua jalan Tuhan tidak usa putus asa, seperti saya dulu tidak ada arti di mata masyarakat tetapi karena kakak saya bisa berubah menjadi seorang wanita yang baik dan sekarang saya sudah bekerja meskipun honornya kecil tetapi halal. Ya Adik Sherly terimakasi  itu mungkin jalan Tuhan buat kita umat_Nya.

Percakapan kami saling meneguhkan membuat kami larut dalam permenungan akan kehendak Tuhan. Halo Adik Sherly kamu baik – baik sajakan, lama ia tidak menjawab entah mengapa sampai terjadi hal itu. Dengan suara agak berat  ia menjawabku. halo kakak saya baik – baik saja.

Kedengarannya Sherly lagi menangis, Halo adik mengapa kamu menangis mencoba untuk memastikan bahwa ia baik-baik saja, belum selesai saya bertanya Sherly sang gadis manis itu mulai berbicara kakak terus terang saya menangis bukan karena ada yang marah tetapi saya sangat terharu akan kebaikan kakak yang saya alami, pengalaman saya juga seperti yang kak alami, empat tahun yang lalu saya juga melanjutkan kuliah namun sampai di pertengahan saya kembali itu karena penghasilan orang tua yang tidak seberapa untuk biaya kuliah saya dan dengan tidak direstuinya hubunga dengan pacar oleh kedua orang tua maka saya putuskan untuk terjun ke dunia yang sebenarnya tidak boleh saya jalani waktu itu, dan seandainya waktu itu saya tidak berjumpa dengan kakak entah apa yang terjadi terhadap kehidupan saya dan tidak dan tidak dapat di bayangkan apa yang akan terjadi kepada saya. Ya adik Sherly tidak apa – apa semua itu adalah ujian bagi kita, Jalani saja hidup ini dengan penuh tanggung jawab karena hidup itu adalah anugrah dari Tuhan. 

Percakapan kami malam itu membuat kami larut dalam suatu kebahagiaan yang sangat luar biasa oleh karena ada nasehat dan ada pertobatan, bersyukur dan selalu mencintai diri maka semesta akan bersekutu dengan kita, melalui orang lain ataupun sesama kita segala persoalan dapat diselesaikan.

Semoga cerpen ini bermanfaat bagi para pembaca.

Hengki Mau. 

22/12/2021

BERCERMINLAH DULU SEBELUM KITA MELIHAT ORANG LAIN.

Bercermin pada diri sendiri merupakan salah satu hal yang bijak dalam introspeksi diri, oleh karena dalam menjalani kehidupan sehari-hari, introspeksi merupakan salah satu hal yang perlu dilakukan agar kita menjadi pribadi yang lebih baik. 

Para pembaca yang budiman diri kita ibarat sebuah cermin yang selalu kita gunakan untuk bercermin, melihat keindahan yang ada dalam diri kita, mulai dari yang sudah tua sampai kepada anak-anak, baik perempuan maupun laki-laki, bahwa kita adalah peribadi dengan fisik yang sempurna, memiliki panca indera yang adalah bagian dari kesempurnaan yang ada dalam diri kita. 

Para pembaca yang baik  kesempurnaan ini dapat kita lihat melalui cermin, melalui pantulan bayangan yang ada didalam cermin  kita dapat menilai diri sendiri  " oh ternyata saya seorang peribadi yang sempurna ", dilihat dari ujung kaki hingga ujung rambut, namun kita juga perlu sadar  bahwa mata kita tidak bisa melihat semua bagian dari tubuh kita, sehingga kita butuh cermin lain untuk dapat melihat seperti apa diri kita seutuhnya. 

Para pembaca ketika berdiri didepan cermin kita dapat memperlihatkan berbagai bagian dari tubuh kita, namun tidak semuanya kita lihat, dan untuk dapat melihat semua bagian dari tubuh, kita butuh lebih banyak cermin agar cahaya dan bayangan  bisa dapat dipantulkan ke segala arah. 

Para pembaca yang budiman dari berbagai sudut pandang, kita bisa saja mencoba menilai diri kita sendiri, menilai seperti apa diri kita menurut pemahaman kita sendiri, namun pandang kita itu tidak dapat memperlihatkan semua yang kita ingin lihat, oleh karena dari berbagai sisi  diri kita  tidak bisa kita nilai sendiri, itu di karenakan kita tidak dapat melihatnya, hanya bisa dilihat oleh orang lain karena dalam menjalani kehidupan ini kita  tidak bisa berdiri sendiri, oleh karena hal-hal yang terjadi dalam diri kita belum tentu kita ketahui  maka perlu ada orang lain untuk dapat menilai diri kita. 

Para pembaca yang baik ketika kita melihat, pandangan mata kita hanya bisa melihat ke depan, tidak bisa melihat ke belakang, bahkan cermin yang berada di depan pun tidak bisa memperlihatkan sisi belakang kita, sehingga kita butuh cermin lagi untuk melihat sisi belakang kita, lalu bagaimana agar kita dapat melihat sisi lain diri kita ?  

Para pembaca yang budiman untuk melihat sisi lain dari diri kita perlu ada orang lain, mereka akan melihat dan menilai  diri kita menurut sudut pandang mereka dan penilaian itu merupakan cerminan diri kita, entah itu kedengarannya baik atau sebaliknya, ya kita bisa saja menjadi terheran-heran dan kaget dengan pernyataan-pernyataan mereka tentang kita, terkait baik buruknya diri kita dan menurut kita  bahwa itu bukanlah diri kita. Kita bisa saja protes, namun memang itulah kenyataannya.

Para pembaca yang budiman terkait dengan penilaian dari orang disekitar mengenai diri kita, saya mengajak para pembaca untuk  mencoba memahaminya, apakah yang dikatakan orang-orang terhadap kita itu benar atau tidak, hal itu bisa menjadi bahan koreksi dan bahan refleksi bagi diri kita untuk semakin memperbaiki diri. 

Para pembaca yang budiman untuk melihat bentuk fisik, kita dapat menggunakan cermin. Tetapi untuk mengetahui seperti apa perilaku,  kita perlu mendengar apa yang dikatakan orang lain tentang diri kita. Oleh karena sekalipun kita telah menganggap diri kita baik, belum tentu orang lain setuju tentang itu. Karena mereka lah yang melihat dan menilai seperti apa kehadiran kita ditengah-tengah mereka. 

Para pembaca yang budiman bercermin pada diri sendiri dan tidak menyalahkan orang lain dalam menghadapi suatu persoalan, akan menjadikan kita sebagai peribadi yang dewasa dalam berpikir dan mudah untuk kita mengetahui keberhasilan dan kegagalan yang terjadi dalam diri kita, memacu bagaimana kita dapat menyelesaikannya oleh karena keberhasilan dan kegagalan yang kita alami dapat menjadi sebuah pengalaman berharga dalam menjalani kehidupan ini. 

Semoga bermanfaat. 

Hengki Mau. 

21/12/2021

EMPAT UNSUR ALAM DALAM KEHIDUPAN.



Di pelanet bumi ini terdapat empat unsur alam yang selalu mendukung kehidupan,unsur alam itu yakni : Air, Udara, Api, dan Tanah.

Keempat unsur alam ini sangat bermanfaat bagi kehidupan,namun jikalau kita sebagai manusia yang menetap dan berada disekitar ke empat unsur alam ini tidak bersahabat maka keempat unsur alam ini akan membuat perhitungan dengan kita. 

Para pembaca yang baik, tanpa kita sadari di planet bumi ini sering terjadi bencana alam, baik itu bencana kebakaran, bencana banjir, bencana angin puting beliung, bencana tanah longsor dan masih banyak bencana yang sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Pertanyaannya mengapa bencana itu sering terjadi dalam kehidupan kita ? Apakah alam murka kepada kita penghuni bumi ini ?

Para pembaca yang baik ada beberapa hal yang harus kita ketahui bersama terkait keempat unsur alam yang ada di planet bumi ini karena sangat bermanfaat bagi mahluk hidup terutama kita  umat manusia, dimana keempat unsur alam ini antara lain yang pertama, " Air " merupakan unsur paling utama yang sangat penting dalam kehidupan makhluk hidup, oleh karena semua mahluk hidup yang ada di permukaan bumi ini membutuhkan air, maka air dapat dikatakan sebagai sumber kehidupan. Terlepas dari air ada juga udara yang merupakan unsur utama kedua terpenting bagi makhluk hidup yakni digunakan untuk  bernafas baik bagi manusia, maupun hewan. 

Unsur yang berikut adalah Api,  yang merupakan unsur yang sangat berguna bagi mahluk Hidup, api dapat kita simpulkan dengan matahari yang adalah sumber energi bagi seluruh mahluk hidup yang ada di permukaan bumi ini, sinar matahari  dapat membantu tumbuhan berfotosintesis.

Hasil fotosintesis dari tumbuhan ini akan sangat berguna bagi manusia dan mahluk hidup lainnya oleh karena tumbuhan akan membentuk dasar rantai makanan yang dapat menyediakan energi bagi seluruh mahluk hidup. 

Unsur berikutnya adalah Tanah, yang juga merupakan unsur utama bagi kehidupan manusia. Oleh karena tanah bisa menjadi tempat berpijak bagi semua makhluk hidup, keberadaan unsur tanah ini  sangat penting bagi semua mahluk hidup karena " Tanah " merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan oleh mahluk hidup, jika tidak ada tanah maka kehidupan di planet bumi ini tidak dapat berkembang. 

Para pembaca yang budiman tanpa kita sadari, sebelum adanya manusia ternyata keempat unsur alam ini sudah ada berdampingan bersama bumi yang adalah salah satu planet yang memiliki kehidupan. Maka dari itu perlu kita ketahui dan sadari bersama bahwa kita manusia hanyalah pelengkap untuk mengolah kekayaan alam yang ada di planet bumi ini, dan ingat jikalau mau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan ke empat unsur alam yang ada di bumi ini jangan lupa dikomunikasikan melalui cara-cara yang sudah kita ketahui bersama yang ditinggalkan oleh leluhur kita.
Para pembaca yang budiman keempat unsur yakni Air, Udara, api dan Tanah ini tidak terlepas dari kebutuhan mahluk hidup terutama Manusia yang adalah bagian dari ke empat unsur penting yang ada di bumi ini, maka marilah kita kembali kepada diri, apa yang telah kita perbuat terhadap alam ini, pada saat musim hujan, sudah berapa anakan pohon yang kita tanam ?. Marilah kita bergandengan tangan dengan kesadaran penuh bahwa kita adalah bagian dari alam ini, jadikan alam ini menjadi alam yang sedia kala, demi anak cucu kita. 

Semoga bermanfaat. 

Hengki Mau. 

10/12/2021

BERLARI MENGEJAR BAYANGAN

Dalam menjalani panggilan hidup ini, kita sebagai para pelaku yang menjalani kehidupan itu sendiri sering merasa bahwa selalu ada hal yang kurang dalam diri kita, entah itu terkait dengan pekerjaan, harta, kepercayaan, penghargaan dan masih ada banyak hal yang selalu terbayang dalam pikiran kita, bahkan kitapun sampai lupa diri bahwa kita adalah bagian dari sesama kita.

Para pembaca yang baik sering kali kita menjauh dari keramaian, tidak mau diganggu oleh orang lain, dalam kondisi tenang dengan situasi mendukung kita duduk merenung, sambil merefleksikan tentang makna kehidupan itu, sudah sejauh mana kita bertanggung jawab atas kehidupan ini, apa saja yang telah kita lakukan kepada sesama, keluarga dan lingkungan masyarakat di sekitar kita. 

Di era perkembangan jaman dan kemajuan teknologi dan informasi yang sangat pesat ini, jarang terjadi orang mau merefleksikan tentang kehidupannya, oleh karena tugas dan tanggung jawab yang diembannya, mereka lebih memilih pekerjaannya dari pada mengambil waktu sejenak untuk duduk tenang berkomunikasi dengan tubuh sendiri dan berinteraksi dengan orang lain untuk mendapatkan pengalaman baru.

Para pembaca yang budiman sesibuk apapun kita dalam menjalani panggilan hidup ini jangan lupa untuk merefleksikan tentang makna hidup yang kita peroleh dari Sang Pencipta, oleh karena semua yang ada di muka bumi yang kita nikmati ini tidak terlepas dari karya agung dari Maha Pencipta. Oleh karena itu sadarilah bahwa kita adalah bagian dari ciptaan itu. 

Para pembaca yang baik diantara sekian banyak ciptaan_Nya kita manusia adalah mahluk yang paling istimewa yang memiliki akal dan pikiran, dapat mengerti dan memahami berbagai hal dan dapat membedakan mana hal baik dan mana hal buruk. 

Namun tanpa kita sadari dan jarang kita dipikirkan dalam kehidupan kita sehari-hari, bahkan dilupakan. _ Pertanyaannya_ " apakah yang sering dilupakan itu " jawabannya  adalah “ Bayangan ”. Secara ilmiah, Bayangan dapat muncul apabila terkena cahaya, dimana cahaya itu merambat melalui pantulan garis lurus. Bila cahaya terhalang sesuatu benda maka akan timbul bayangan dari benda penghalang tersebut, namun ketika kita menganalisa proses terbentuknya sebuah bayangan ternyata sangat sederhana, namun ada banyak makna dan arti yang menjadi pelajaran untuk dapat kita petik dari bayangan itu dalam menjalani kehidupan ini.
Para pembaca yang budiman Dunia ini ibarat " Bayangan "  ketika kita  kejar, maka tidak dapat menangkapnya, tetapi, ketika membalikkan tubuh atau badan kita darinya, maka bayangan itu tidak punya pilihan lain kecuali kembali mengikuti kita.

Dunia ini sering dikejar namun tidak mampu ditangkap, bila ditangkap juga tidak akan mampu untuk diraih, begitupun dengan kehidupan kita, tidak dapat dikejar dan dikuasai oleh nafsu, apalagi untuk memperkaya diri dengan bayangan duniawi, semakin kita bernafsu untuk mengejar dunia, maka akan semakin terasa ketidak mampuan dan lemahnya diri kita. Namun, ketika kita berbalik arah membelakangi bayangan dunia untuk mengejar dan merai cita-cita, maka dunia akan mengejar diri kita yang sedang meraih keberhasilan itu. 

Para pembaca, ketika kita mampu menjadi bayangan diri sendiri  maka kita akan berhasil menjadikan dunia ini sebagai media, dan kita sebagai manusia mampu melakukannya, maka kita akan selalu menjadi diri sendiri dalam meraih keberhasilan dan meraih cita-cita.

Para pembaca yang budiman ada dua hal yang perlu dilakukan agar kita tidak diperbudak bayangan sendiri, yang pertama, jadikan bayangan dunia sebagai media, tetapi bukan tujuan, bila dunia dijadikan tujuan, maka dunia akan membodohi setiap kita yang akan mengejarnya, dan yang Kedua, berusahalah untuk meraih dunia dengan cara yang diajarkan oleh Sang Pencipta, maka kita akan terbebas dari perbudakan dunia, kelolalah dunia ini dengan bijak, bukan dengan keangkuhan dan keserakahan.

Para pembaca yang budiman jadikanlah dua hal diatas sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan ini agar kelak kita juga dapat mempertanggungjawabkan di hadapan sang Pencipta yang mempunyai kehidupan itu sendiri. 

Semoga bermanfaat

Hengki Mau. 


08/12/2021

HIDUP INI ADALAH KESEMPATAN

Sebuah ungkapan yang keluar dari pikiran saya ketika berjalan menelusuri lorong - lorong pertokoan di ditengah hiruk pikuknya keramaian kota Atambua, aku melihat banyak orang dengan kesibukannya masing-masing. Ada kendaraan roda dua maupun roda empat yang dikendarai pemiliknya berlalu lalang di persimpangan jalan. 

Dalam tatapan diam saya melihat ada yang terburu-buru dengan kendaraannya,mungkin mereka secepatnya ingin bertemu dengan keluarganya, ada juga yang membawa kendaraannya dengan kecepatan sedang ada juga yang pelan seirama dengan pikiranku dalam menatap dan melihat segala sesuatu yang terjadi tanpa di ketahui oleh mereka apa yang sebenarnya ada dalam pikiranku.
 
hari itu para pedagang kaki lima masih asyik berjualan di pinggiran badan jalan seputaran jalan Pramuka pasar baru Atambua, ada pedagang yang baru tiba di lokasi itu, ada yang mengatur daganganya untuk di jual esok harinya, ada pula yang sedang merapikan barang dagangannya.

Hari mulai senja para pejalan kaki terus berjalan dengan gegas tanpa peduli ada yang mengamati gerak-geriknya, ada yang berhenti sejenak dan membeli sayur selanjutnya berlangkah lagi menuju tujuannya masing-masing. 

hari itu saya hanya menikmati semua aktivitas dan kesibukan para pejalan kaki, para penjual yang menawarkan jualannya kepada para pembeli, ya itulah kesibukan di pasar dan disinilah terjadi teransaksi jual beli.

Sepanjang perjalanan pulang dalam lamunan, saya melihat keramaian yang ada di sekitar lokasi pasar itu, saya tersentak, disana terlihat sesosok orang tua renta merunduk di bak sampa mencari sesuatu bagai binatang jalanan, semua mata tertuju padanya namun tidak menghiraukannya, saya terpaku sambil menatap sosok sang bapak itu, kualihkan pandangannku melihat dan terus menatap dia yang sedang mencari sesuatu dalam bak sampa di tengah kerumunan orang itu.
Saya berjalan sambil mencoba untuk menghampirinya dan memulai percakapan, awalnya saya merasa enggan oleh karena reaksi bahasa tubuhnya tidak menerima kehadiran saya di hadapannya. Dengan tenang saya mencoba mendekati dan menyapanya " selamat sore Bapak " sapaku kepadanya, mendengar sapaanku ia menatapku tersenyum bersahabat, namun seketika raut wajahnya berubah lusu, aku semakin mendekat dan penasaran ada apa gerangan raut wajahnya berubah menjadi lusu. Maaf bapak  " apakah saya mengganggu ? " tidak ada jawaban darinya, dia hanya tersenyum dan mengangguk kepalanya, saya mencoba lebih mendekatinya dan terbaca bahasa tubuhnya saat dirinya mengelus-elus dada dan perutnya dan dia memberi isyarat bahwa ia belum makan. 

Saya penasaran dan mencoba berkomunikasi dengannya namun dirinya tidak dapat berkata apa-apa oleh karena beliau " bisu ", saya mencoba berkomunikasi dengan bahasa isyarat menanyakan, tempat tinggal dan keluarganya namun tidak bisa dijelaskan olehnya, hanya bahasa isyaratnyalah yang menyatakan bahwa dirinya sudah dua hari tidak makan.

Saya tersentak kaget dan tidak percaya, dalam hati saya bergumam betapa sakit dan pedihnya menjalani hidup ini dimanakah sanak keluargamu sehingga engkau diterlantarkan bagai sampah yang luput dari mata manusia, hatiku begitu tersayat, adakah sanak  keluargamu di sekitar wilayah Belu ini tanyaku kepadanya  namun dirinya diam membisu tanpa suara membuat diriku ikutan diam, dengan rasa ibah saya mencoba untuk berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat, saya terkejut antara percaya dan tidak, sungguh saat itu hatiku berkecamuk siapa yang salah atas semua realita ini ? mengapa hal ini bisa terjadi kepada bapak ini, apakah tidak ada lagi orang yang peduli ataukah oleh karena rakus dan tamaknya penghuni dunia ini  membuat sesamanya terlantar bagaikan yatim piatu dibiarkan bagai sampah yang luput dari perhatian, sungguh sangat  menyakitkan. 

Dalam hati yang berkecamuk  sejenak saya berdiri dan menatapnya air mataku jatuh, saya mengajaknya untuk makan nasi goreng di emperan terotoar yang jaraknya tidak jauh dari   hadapan kami, " ayo kita makan " ajakku, awalnya ia menolak ajakanku namun saya memegang tangan dan merangkulnya menuntun menghampiri warung nasi goreng itu.

Kamipun makan nasi goreng yang sudah saya pesan tanpa peduli banyak mata yang memperhatiakan kami, oleh karena keadaannya. Dengan hati yang senang dan gembira  kami menghabiskan makanan yang sudah ada di atas meja, saya sangat senang oleh karena ia memakannya dengan lahap, sebelum kami berpisah, saya memesan tamba sebungkus nasi goreng dan sebotol air mineral dan menyodorkan selembar uang rupiah agar digunakannya untuk dapat memenuhi kebutuhan makan minumnya apa bila ia lapar ataupun haus. 

Sehari  berikutnya saya mencoba melewati lagi  badan jalan yang sama tetapi tidak kutemukan lagi sang bapak wajah lusuh yang bisu itu, mungkin ia sedang mengais rejeki di emperan toko ataukah ia sudah pergi jauh meninggalkan kota Atambua ataukah ada keluarganya yang sudah menjemputnya ? Saya hanya  diam seribu bahasa melihat semua realita  yang ada dan melebur dalam realitas itu. 

Semoga bermanfaat.

Bahan untuk refleksi 

Hidup ini adalah kesempatan maka jalanilah hidup ini dengan penuh tanggung jawab, berbagilah dari kekurangan kita kepada mereka yang membutuhkan.

Hengki mau.

06/12/2021

KELUARGA HARTA DAN PERSAHABATAN

Disuatu tempat pegunungan terpencil tinggallah seorang pertapa tua, ia memilih tinggal di pegunungan itu untuk menyendiri, jauh dari keramaian, jauh dari keluarga, tinggalkan segala kemewahan agar dirinya dapat menghayati dan merefleksikan hidupnya. 

Dalam kesendiriannya seringkali pertapa tua itu meninggalkan kediamannya berjalan menelusuri perbukitan, menuruni lembah, menelusuri sungai berjalan dan terus berjalan menikmati keindahan panorama alam disekelilingnya, baginya ini adalah suatu berkat dari sang pencipta yang mempunyai kehidupan. 

Suatu hari di musim hujan sang pertapa tua ini berjalan hendak  melintasi sebuah sungai, namun dirinya tidak dapat menyebrang oleh karena banjir. Dipinggir sungai itu ia duduk sambil menunggu arus sungai reda. Sepuluh menit, duapulu menit bahkan sudah satu jam air sungai ini belum juga reda, derasnya arus air sungai membuat tanah disekitarnya terkikis dan longsor. 

Dengan hati tenang ia menikmati semua kejadian di sekitarnya, dalam lamunanya ia dikagetkan dengan teriakan suara yang meminta pertolong, ia bangkit berdiri sambil mendengar dari arah mana sumber suara itu. Sambil menguping mendengar suara yang meminta pertolongan, Ia berjalan meninggalkan tempat  itu dan terus mencari arah sumber suara itu. 

Jaraknya belum sampai ratusan meter teriakan suara itu semakin jelas, sang pertapa tua itu kaget ketika melihat sosok lelaki sebayanya terkapar tersangkut diatas sebuah akar pohon besar, dengan serta merta sang pertapa tua itu menghampiri dan menyelamatkannya. Kondisi sosok lelaki sebayanya itu memperihatinkan, sang pertapa tua itu membawanya kembali ke pegunungan tempat dimana dia tinggal dan di sana ia mengobati semua luka yang ada di sekujur tubuh sang lelaki itu. 

Dalam pengobatan sang pertapa tua dan lelaki sebayanya itu banyak bercerita, berdiskusi terkait dengan pengalaman hidup hingga terjadi bencana yang menimpa sang lelaki yang ia selamatkan. Banyak kisah yang mereka sheringkan membuat mereka berdua hanyut dalam lamunan, " oh ternyata kita senasib " tetapi beda dalam jalan panggilan. 

Sudah sebulan mereka bersama saling membantu, menyembuhkan luka,di bawa pondok kecil berukuran lima kali empat persegi keduanya saling berbagi pengalaman dan kini saatnya sang lelaki yang ia selamatkan hendak kembali kepada keluarganya, dengan sukacita sang pertapa tua itu menghantarnya kembali melalui sungai di mana ia menyelamatkan sang lelaki sebayanya itu.

Kini pertapa tua itu sendirian menjalani kehidupannya, tidak seorangpun keluarganya yang datang menjenguknya hanya sang lelaki sebayanya yang ia selamatkan itu yang sering datang menjenguk dan membawa makanan, pakaian dan keperluan lainnya hingga sang pertapa tua itu jatuh sakit. 

Suatu ketika sang lelaki yang diselamatkan oleh pertapa tua itu datang ke pegunungan untuk menjenguk sahabatnya, ketika ia tiba disana sahabatnya itu dalam posisi sakit dan tidak berdaya, dikatakannya bahwa sudah sebulan ia tidak bisa berbuat apa-apa. Dan dirinya berpesan agar sampaikan kepada keluarganya untuk datang menjemputnya, sebelum berangkat sang pertapa tua itu menceritakan semua kondisi, keadaan dan segala isi yang ada dalam pondok kecil itu. 

Dengan sedih sang lelaki itu kembali dan mencari keluarga sang pertapa tua sahabatnya itu, ketika ia bertemu dengan keluarga sang pertapa tua itu ia menyampaikan dan bercerita kondisi terakhir pertapa tua itu kepada keluarganya. 

Seminggu setelah penyampaian kepada keluarganya sang pertapa tua yang tinggal di daerah pegunungan itu meninggal dunia. Keluarga jauhnya datang untuk melayat dan ingin mengumpulkan barang-barang berharga milik pertapa tua itu. Setibanya di sana yang mereka lihat hanyalah sebuah gubuk tua dengan kamar mandi di sampingnya. Dalam gubuk itu, dekat tungku batu, ada sebuah panci masak yang sudah tua dan kondisi bodinya sudah tidak beraturan lagi, ada juga peralatan dapur lainnya tersimpan rapi disamping panci itu.
Sebuah meja tua terbuat dari papan kayu dengan kondisinya sudah retak dan tidak beraturan dan sebuah kursi berkaki tiga mengapit sebuah jendela mungil yang kalau dibuka dapat menikmati panorama alam yang sangat mengagumkan sejauh pandangan mata melihatnya. Sebuah lampu pelita yang bahan dasarnya  tanah liat menjadi perhiasan di tengah-tengah meja, dalam kegelapan, tampak di sudut ruang kecil itu tempat tidur bobrok dengan alas tikar di atasnya.

Mereka mengambil beberapa barang tua dan beranjak pergi, tiba-tiba seorang teman lama pertapa tua itu menghentikan mereka. Ia bertanya kepada mereka, “Apakah tuan tidak keberatan kalau saya mengambil sisa barang yang masih ada di pondok sabahat saya itu ?”

Jawab mereka, “Silakan!” Mereka berpikir bahwa sudah tidak ada barang berharga lagi di dalam gubuk reyot itu.

Orang itu masuk ke gubuk dan berjalan ke meja, Ia meraih bagian bawah meja dan mengangkat salah satu papan lantai, lalu ia mengambil semua emas di situ yang telah ditemukan sahabatnya selama lebih dari lima puluh tahun. Harga emas cukup untuk membangun sebuah istana megah.

Ketika pertapa tua itu meninggal, hanya sahabatnya itu yang tahu hartanya yang sebenarnya, ketika sahabatnya itu keluar lewat jendela dan memandang debu di belakang mobil keluarga pertapa yang sudah menjauh itu, ia berkata, “Seharusnya mereka mengenalnya lebih dekat.”

Mengenal sesama lebih dekat itu sesuatu yang sangat bernilai bagi hidup manusia, bukan karena memiliki harta kekayaan yang banyak, tetapi kita perlu mengenal dan melihat bahwa sesam kita itu memiliki keunikan, kemampuan dan pengalaman hidup yang bisa membantu kita dalam perjalanan hidup kita. 

Seorang yang memiliki keunikan, misalnya, kekuatan dalam menghibur orang lain akan sangat berguna dalam membangkitkan semangat hidup, Karena itu, orang seperti ini menjadi kekayaan dalam suatu keluarga, kelompok atau komunitas.

Para pembaca yang budiman membangun persahabatan berarti kita mau mengenal lebih dekat dengan sahabat kita. Sahabat kita memiliki kekuatan untuk berbagi pengalaman hidup, mereka juga mampu berbagi penderitaan dengan sesamanya. Ia tidak lari ketika temannya mengalami penderitaan. Justru ia akan menemani sahabat yang menderita itu.

Para pembaca yang baik setiap hari kita berjumpa dengan begitu banyak sahabat, kita bisa bertanya diri apakah sahabat yang kita jumpai itu sahabat-sahabat yang sejati yang mampu berbagi derita dengan kita? Atau sahabat yang oportunis yang hanya datang kepada kita di saat kita mengalami kegembiraan dan sukacita? Nah, kita juga dituntut untuk cermat dalam membangun persahabatan, semoga tulisan imajinasi di atas dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian. 

Semoga bermanfaat. 

 (Hengki Mau)

02/12/2021

HIDUP INI SEPERTI LAYANG-LAYANG.

Kehidupan yang kita jalani bagaikan layang-layang yang dilepas sang pemiliknya, agar dapat terbang tinggi menembus awan gemawan yang diterpa irama angin sepoi berikatkan seutas tali untuk menggapai puncak ketinggian.

Sebagai manusia kitapun tidak akan terlepas dari tangan sang pemilik kehidupan, kita menari dalam irama hidup yang penuh dengan terpaan angin, kadang kita tenang dan gagah menghadapi terjangan angin dan merasa berada di puncak kehidupan yang membahagiakan.

Kadang juga hidup kita, terombang-ambing oleh angin persoalan, hidup yang tidak menentu, bahkan kita terhempas dan jatuh dalam ketidak pastian menanti datangnya sang pembebas untuk menuntun kita dan bangkit bersamanya.

Dalam tatapan diam tanpa kita sadari sang pemilik kehidupan akan terus menerus memberi hembusan angin kepada kita dalam menakodai  layang-layang hidup kita agar terbang tinggi mengikuti irama sang empunya kehidupan untuk meraih puncak kebahagiaan.

Para pembaca yang budiman layang-layang yang kita lepas akan dapat terbang tinggi keangkasa oleh karena dia melawan terpaan angin, namun saat dia mengikuti arus angin justru dia akan terjatuh,  mengapa demikian? hal ini terjadi oleh karena sangat dibutuhkan kerangka daya tahan dan kualitas  layang-layang yang sempurna. 

Para pembaca yang baik, dalam menjalani hidup mungkin layang-layang hidup kita telah sobek dan koyak, tidak dapat di gunakan lagi oleh karena terpaan persoalan yang terombang-ambing dalam kemelut masalah. Namun kendati demikian, Dia yang memegang hidup kita tidak pernah putus asa untuk tetap berusaha menerbangkan diri kita untuk menggapai puncak kebahagiaan.

Pertanyan mendasar, bagaimana kita dapat terbang tinggi melawan derasanya angin persoalan untuk menggapai cita-cita yang kita impikan?  Untuk merai impian kita tambalah dulu layang-layang hidup kita, mungkin kerangka layang-layang hidup kita sudah tidak seimbang sehingga kita sulit menentukan arah hidup kita, seimbangkan dulu kerangka hidup kita, agar kita tahu persis kemana hidup ini akan diarahkan.

Para pembaca yang budiman berusahalah untuk terbang lebih tinggi menggapi puncak kebahagaiaan hidup, janganlah takut akan terpaan angin oleh karena terpaan itu akan menjadi daya tahan dan motivasi yang akan mengangkat martabat kita dalam meraih suatu keberhasilan, ingatlah bahwa sang empunya kehidupan tetap memegang dan mengendalikan hidup kita, Ia tidak akan pernah melepaskan layang-layang yang Ia sayangi. 

Semoga bermanfaat

Hengki Mau 

Hitam Putih Tenaga Honorer Dan Nasibnya.

Dalam upaya pemerintah pusat untuk mengatasi pertambahan jumlah tingkat pengangguran secara skala nasional maka melalui beberapa...