Cerpen... AKU JATU HATI PADAMU MAUKA ENGKAU MEJADI PENDAMPING HIDUPKU.
Disebuah desa terpencil hiduplah seorang gadis desa bersama kedua orang tuanya. Setelah lulus kuliah dan menjadi sarjana pada perguruan tinggi ternama di kota mereka ia berkeinginan pulang ke desa untuk membangun desanya. Gadis desa itu bernama Bulan, parasnya cantik, ramah dan rendah hati, banyak pemuda di desanya maupun di desa tetangga menaru hati padanya oleh karena selain cantik, ramah, dan rendah hati ia juga anak seorang kepala kampung yang cukup terkenal dikalangan masyarakat kampung itu dan kampung tetangga lainnya.
Desa itu sangat subur, dan rata-rata pencaharian masyarakat di desa itu petani dan peternak, kehidupan sosial kemasyarakatan mereka sangat rukun dan damai oleh karena dipimpin oleh seorang yang saleh dan bijaksana, dia adalah ayah dari sang gadis manis Bulan.
Sawah yang membentang luas memberi kesejukan dan kedamaian tersendiri bagi yang mengunjungi desa ini oleh karena disamping daerahnya subur orang-orangnya pun sangat ramah dan sopan kepada siapa saja yang datang berkunjung ke kampung itu.
Kebanyakan masyarakat di desa itu kehidupan ekonomi keluarganya dapat dikatakan sudah makmur oleh karena persaudaraannya sangat di junjung tinggi terutama dalam bekerja bergotong royong, dan apa bila ada persoalan maka kepala kampung akan memberi sangsi adat sesuai aturan hukum adat yang berlaku di kampung itu.
Di suatu musim panas ada kegiatan pagelaran budaya di kampung itu, banyak undangan datang, baik dari desa tetangga maupun dari ibu kota, tidak ketinggalan para pemuda-pemuda datang untuk menyaksikan kegiatan pagelaran budaya itu sekaligus ingin melihat sang Bulan gadis manis anak dari kepala kampung itu, oleh karena banyak rumor yang berkembang bahwa anaknya kepala kampung itu selain parasnya cantik, ramah,rendah hati tetapi juga seorang sarjana pertanian.
Pagelaran budaya itu berlangsung selama dua hari, banyak orang kagum akan tradisi budaya leluhur yang menceritakan kebiasaan-kebiasaan yang sering dilakukan oleh anggota masyarakat yang ada di kampung itu. Yang menarik dalam pementasan itu adalah sosok seorang pemimpin yang saleh,baik dan ramah yang di perankan oleh pemuda pemudi di kampung itu, tidak ketinggalan Bulan sang gadis manis itu berperan sebagai Ratu dalam pementasan budaya leluhur itu, banyak mata memandangnya oleh karena parasnya cantik, ramah, dan rendah hati sesuai dengan karakternya.
Dalam acara itu hadir juga seorang Pemuda namanya Bintang, ia datang dari ibu kota untuk menyaksikan pagelaran budaya di kampung itu. Bintang adalah seorang sarjana arsitektur, ia juga mencintai budaya lokal sehingga dimana ada acara pagelaran budaya jika ia tahu maka dengan sendirinya ia akan hadir.
Pementasan sedang berlangsung Bintang sangat serius menyaksikan dan memaknai setiap frakmen yang di lakonkan oleh para tokoh dalam cerita budaya itu, pada sesi pertunjukan yang di perankan oleh Bulan sebagai Ratu dalam cerita itu, mata Bintang tertuju menatap dan fokus pada sang Ratu, dalam keramaian ia berusaha untuk mendekati panggung pagelaran itu,untuk lebih dekat agar dapat dengan jelas melihat Sang Ratu anak dari kepala kampung itu.
Bintang sangat penasaran melihat sang ratu, matanya tidak berkedip bahkan ia tidak menyadari ada yang mempersilahkannya untuk duduk di kursi yang ada, maaf kakak silakan duduk, seorang anggota panitia mempersilahkannya untuk duduk di kursi, Oya terimakasih jawabannya. Bintang pun duduk dan menempati kursi itu, dan pandangannya terus tertuju kepada tokoh sang ratu dalam pagelaran budaya itu, ia penasaran bahkan bertekad untuk bertemu sang gadis yang berperan sebagai ratu itu.
Acara pementasan sudah berakhir, banyak penonton bertepuk tangan ria karena semua berjalan dengan baik hingga selesai dengan sukses, banyak tamu yang menghadiri acara itu memberi ucapan selamat kepada para peserta yang turun dari panggung, tidak ketinggalan sang Bintang, ia berusaha untuk bertemu dengan Bulan sang gadis desa yang berperan sebagai ratu itu, permisi kakak apakah saya bisa bertemu dengan yang berperan jadi ratu itu, kata bintang kepada salah seorang peserta, oh ya bisa mari saya antar beliau ada di belakang panggung itu, ajak salah satu peserta yang adalah teman bulan sang gadis yang berperan sebagai ratu itu.
Keduanya berjalan di kerumunan orang itu dan menghampiri Bulan, maaf kakak ada yang ingin bertemu dengan anda, Oya mari silakan jawab bulan kepada rekannya, silakan kakak ini Bulan yang tadi berperan sebagai ratu, iya terimakasih. Saya bintang sambil menyodorkan tangannya berkenalan dengan Bulan, Oya saya Bulan, keduanya saling bertatapan mata, Bintang yang tadinya ingin bertemu sang ratu dalam pagelaran itu kini jadi kenyataan, hatinya berbunga-bunga, rasanya seperti mimpi melihat kecantikan sang gadis manis Bulan yang adalah anak dari kepala kampung itu, dengan tersipu malu Bulang bersalaman dengan bintang, saya Bulan, keduanya saling menatap sembari Bintang berkata, selamat ya pertunjukan tadi sangat luar biasa, saya sangat kagum dengan anda karena dalam pagelaran tadi anda betul-betul menjiwai tokoh yang anda perankan.
Terimakasih, kata Bulan sembari melepaskan tangan dari genggaman tangan Bintang. Oya apakan saya bisa mendapatkan naskahnya kata Bintang kepada Bulan,bisa sambil menyodorkan naska yang pada saat itu masih di pegang olenya. Begitu senangnya Bintang hingga berulang kali ia mengungkapkan terimakasih kepada Bulan, Oya kamu nginap di mana tanya Bulan kepada Bintang,
setelah ini saya langsung kembali ke kota ada urusan yang harus diselesaikan terangnya. Bulan yang tadinya semangat menanyakan soal dimana bintang nginap, ketika mendengar Bintang akan kembali ke kota tiba-tiba raut wajahnya berubah seolah ada yang kurang dalam dirinya, namun ia berusaha untuk tenang dan mengikuti irama pembicaraan mereka.
Hari telah mulai senja, kebanyakan orang sudah pulang, lokasi tempat pagelaran budaya itu semakin sepi, namun pembicaraan antara Bulan dan Bintang belum juga berakhir, keduanya semakin akrab, mereka saling tukar Nomor handphone, dan nomor email, ya ini yang di tunggu oleh Bintang yang sejak awal ingin sekali bertemu dengan Bulan sang Ratu pada pagelaran budaya sore hari tadi.
Senja itu menjadi saksi melihat kedua sejoli sang Bulan dan Bintang saling bertukar nomor handphone dan email, keduanya semakin akrab, entah keduanya saling menyukai atau tidak, masing-masing orang belum mengungkapkan isi hatinya. Hari sudah mulai malam Bintang berpamitan hendak kembali ke kota, Bulan pun bersama rekannya kembali kerumah.
Satu Minggu telah berlalu, hubungan persahabatan antara Bulan dan Bintang berjalan dengan baik, mereka saling memberi ucapan selamat lewat WhatsApp, bahkan saling menanyakan kabar, namun keduanya belum saling mengungkapkan perasaan cinta mereka hanya berteman seperti biasanya. hari-hari telah berlalu waktu terus berjalan.
Suatu hari Bulan bersama kedua orang tuanya berangkat ke kota, mereka hendak mengunjungi keluarganya, Ketika tiba di rumah keluarganya, Bulan di ajak sepupunya untuk jalan-jalan ke taman kota, jarak taman kota dari rumah keluarganya sangat dekat sekitar dua menit berjalan kaki, mereka begitu menikmati, hari itu cuaca agak mendung sehingga banyak orang betah berada di taman kota itu. Ketika berjalan menelusuri lorong-lorong setapak dalam taman kota itu tiba-tiba ada suara yang memanggil nama Bulan, ia pun mencari sumber suar itu dan ketika pandangannya melihat sosok pemuda yang jaraknya tidak jauh dari mereka, ia langsung mengenalnya, dia adalah Bintang sang pemuda yang hadir saat acara pagelaran budaya di kampungnya, Hai Bintang apa kabar, Bulan ditemani sepupunya berlangkah menemui Bintang.
Dalam suasana persahabatan dan perjumpaan yang tidak di sengaja Bulan didampingi sepupunya bersama Bintang ketiganya mencari tempat yang agak sepi untuk duduk ngobrol, Bintang dan Bulan ngobrol soal pagelaran budaya yang di pentaskan di kampungnya, sedangkan sepupunya Bulan asik bermain smartphonenya.
Bulan dan Bintang semakin akrab, sepupunya Bulan mencoba meninggalkan mereka agar keduanya leluasa ngobrol, Bul saya ke toilet sebentar ya, ia jangan lama jawab Bulan, lima menit, sepuluh menit sepupunya Bulan tidak muncul, sekali -kali Bulan melihat ke arah toilet namun sepupunya tidak muncul, hem sudahlah saya tunggu saja, dalam hati Bulan berbisik.
Bulan dan Bintang asik ngobrol tiba-tiba sepupunya datang mengajaknya untuk kembali ke rumah, Bul kita pulang ya takut di cari, oya boleh, Bintang yang sedari tadi mau mengungkapkan isi hatinya kepada Bulan tiba-tiba memilih untuk diam mengikuti irama sahabatnya dan sepupunya itu. Oya kakak Bintang mampir kerumah ya ajak Bulan, kalau tidak merepotkan boleh, sambil senyum Bintang mengiakan ajakan Bulan dan sepupunya itu.
Sekitar satu setengah menit mereka berjalan keluar dari taman kota dan tiba di rumah saudara sepupunya Bulan. Tiba dirumah orang tua Bulan dan sepupunya sudah menunggu di depan teras rumah, mereka asik ngobrol, selamat sore Om, Tante, dengan gugup Bintang memberi ucapan selamat, ayo silakan duduk, sebelum duduk Bulan perkenalkan sahabatnya itu kepada keluarganya, ini sahabat saya namanya Bintang kami kenalan saat ada kegiatan pagelaran budaya di kampung kita, Oya silakan duduk kata orang tua Bulan yang saat itu duduk dekat kursi yang kosong.
Mereka lama mengobrol, orang tua Bulan dan keluarganya itu senang dengan Bintang yang begitu ramah dan menghargai orang tua. Tante Om, saya permisi, Bintang berpamitan hendak kembali ke rumahnya, oya baik silakan, Bulan antar sahabatmu kata bapaknya Bulan, dengan senang ia menghantar sahabatnya itu hingga pintu gerbang, Bintang berlalu pergi dengan pengalaman indah bersama Bulan dan keluarganya.
Bulan dengan hati berbunga-bunga melambaikan tangan kepada sahabatnya yang beranjak pergi meninggalkan kawasan itu dan iapun dengan senang hati kembali menghampiri keluarganya. Keesokan harinya orang tua Bulan kembali ke Kampung halamannya, sedangkan Bulan masih tinggal dirumah sepupunya.
Persahabatan antara Bulan dan Bintang semakin hari semakin akrab bahkan mereka sering cat via WhatsApp, dan via email, entah apa yang mereka bahas yang tahu hanya mereka berdua.
Suatu sore Bintang duduk termenung, tidak tahu apa yang ada di dalam benaknya, sesekali ia melihat ponselnya seolah menanti ada pesan yang masuk, ia penasaran oleh karena sudah dua hari tidak pernah ada kabar dari Bulan, ia mencoba membuka emailnya, hasilnya sama tidak ada satu pesan pun yang masuk, ia mulai pikiran jangan-jangan ada hal buruk terjadi kepada sahabatnya itu, dalam situasi seperti itu Bintang hanya diam dan membisu, ia mencoba untuk menulis sepucuk surat untuk Bulan yang sudah dua hari tidak ada kabar, ia ingin mengungkapkan isi hatinya bahwa ia jatu hati dengan Bulan.
Untukmu sahabatku Bulan,
_ " Tanganku bergetar ketika mulai mengetik surat untukmu, huruf demi huruf jari jemariku menekannya, saat itu hatiku memaksaku untuk menulis, dalam hati banyak yang kurasa dan ingin sekali kutuangkan apa yang ada dalam pikiranku ini, namun setelah tangannku hendak mengetik pada tombol keyboard, saya kehilangan akal tidak tahu dari mana harus dimulai, kucurahkan kepedihanku kepadamu dan menulis sepucuk surat ini tidak untuk dibalas, saya hanya berharap supaya engkau ketahui bahwa saya jatu hati kepadamu, saya melihat matamu penuh dengan kejujuran dan sangat yakin dirimu tidak akan mengecewakan hati ini.
Sudihkah engkau mau menjadi sahabatku, saya menyadari bahwa kehidupan saya hanya apa adanya, anak orang tak punya, tetapi engkau harus tahu bahwa hati ini tulus untukmu seorang, sudah lama saya ingin mengungkapkan isi hati ketika berjumpa denganmu namun tidak bisa diungkapkan karena menyadari bahwa saya orang tidak punya.
Sudah sekian lama kita bersahabat dan hingga kutulis surat ini tidak ada kabar darimu. Diriku hanya merenung dan terus merenung akankah suatu saat kita akan berjumpah dan melihat dirimu seperti yang perna aku kenal ?
Dalam pandangan kosong, hayalan hati ini tersiksa dan tersayat oleh getaran cinta yang membara namun bara - bara cinta itu termakan dan hanyut dengan gelapnya malam.
Dalam keheningan malam teriring hembusan angin sepoi-sepoi membuat diri ini larut dalam hayalan mengenang kembali akan kenangan indah yang kita rajut bersama.
Oh sabatku aku tidak menyadari ternyata telah larut dalam hayalan yang tidak akan menjadi nyata. dimanakah engkau berada sudihkah egkau mau menjadi sahabat yang setia untuk selamanya.
Aku akan berterus terang dan jujur kepadamu bahwa aku jatu cinta kepadamu dan akan menanggung seluru cobaan yang akan menimpah kepadaku asalkan engkau sudi menjadi kekasih ku.
Dari Bintang.
Setelah menulis sepucuk surat Bintang mengirim kepada Bulan via email.
Sudah seminggu Bulan berada di rumah sepupunya di kota, kini ia akan kembali ke kampung halamannya, ia tidak mau merepotkan sepupunya sehingga ia berangkat sendirian. Di rumah orang tua sudah menunggu kedatangan anaknya, dengan suka cita kedua orang tuanya menerima kedatangan anaknya, selamat siang ayah, Ibu, saya sudah pulang, hari itu kedua orang tuanya senang Oleh karena putri mereka sudah berkumpul bersama.
Hari - hari telah berlalu Bulan berada di kampung halamannya, sedang kan Bintang berada di Kota, keduanya sudah lama tidak saling kontak oleh karena kesibukan masing-masing. Suatu hari Bulan membuka emailnya melalui smartphonenya, disana ia lihat ada pesan masuk, pesan itu dari Bintang sahabatnya, ia memulai membuka keseluruhan pesan itu, ternyata pesan yang ia dapat dari sahabatnya itu berisikan sepucuk surat dari sahabatnya, ketika dibacanya iapun kaget dan tidak percaya, ternyata selama ini Bintang menaru hati padanya, hanya tidak bisa diungkapkan.
Bulan merasa senang ternyata bukan saja hanya dia yang menaruh hati pada Bintang tetapi sebaliknya Bintang juga menaruh hati padanya, dengan hati senang dan bahagia Bulan pun membalas suratnya Bintang. Mengungkapkan isi hatinya bahwa dia juga jatuh hati padanya.
Untuk mu sahabatku Bintang
Terimakasih sahabatku, atas keterustengan hatimu, saya sangat menghargai apa yang telah engkau tuangkan dalam sepucuk suratmu via email ini, saat itu aku juga menyadari bahwa ada getaran cintah dibalik persahabatan kita ini, kejujuranmu membuat hati ini bergejolak bahkan ingin berterus terang bahwa aku juga jatuh hati padamu, kini waktulah yang akan menentukan kapan kita akan berjumpah lagi, harapanku semoga tidak ada dusta diantara kita,
Dari Bulan.
Keduanya saling membalas surat via email, kadang kala cat melalui WhatsApp, bahkan saling menelpon, kini antara Bulan dan Bintang sudah menjadi pasangan kekasih oleh karena Bulan menerima Bintang sebagai kekasih hatinya.
Hari-hari telah mereka lalui, orang tua Bulan juga sudah mengenal Bintang oleh karena dirinya sering berkunjung ke rumah, kedua sejoli ini saling mencintai dan mereka ingin agar hubungan keduanya di restui oleh orang tua mereka. Suatu hari Bintang mengatakan ingin melamar Bulan, dikatakannya bahwa ia telah memberitahu keluarganya untuk mengambil satu waktu untuk bertemu dengan orang tua Bulan, selang beberapa Minggu kedua rumpun keluarga itu bertemu di kediaman kepala kampung yang adalah orang tua Bulan, dari kota Bintang dan orang tua serta kerabatnya datang ke kampung halaman Bulan.
Acara pinangan pun berjalan dengan lancar, bahkan untuk acara pernikahan juga telah ditentukan. Kedua rumpun keluarga sepakan acara pernikahan kedua anak mereka akan dilangsungkan pada musim panas nanti di karenakan saat ini kebanyakan masyarakat di kampung halamannya Bulan masih mempersiapkan lahan untuk bercocok tanam, baik yang petani ladang maupun petani yang mempunyai sawah.
Musim panas tiba kedua rumpun keluarga Bulan dan Bintang kembali berkumpul untuk melaksanakan acara pernikahan. Perayaan pernikahan keduanya berlangsung meriah, banyak undangan yang menghadiri pernikahan itu, tidak ketinggalan pemuda-pemuda desa yang menaruh hati pada Bulan pun hadir ingin melihat dan menyaksikan acara pernikahan anak kepala kampung itu, banyak yang memuji akan ketampanan Bintang yang mendampingi Bulan di pelaminan itu. Sungguh amat meriah acara pernikahan itu, seluruh masyarakat yang ada di kampung itu turut ambil bagian dalam acara itu.
Kini Bulan dan Bintang sudah menjadi suami Isteri yang sah, mereka hidup rukun dan bahagia dalam lindungan leluhur dan sang Pencipta.
Cerita ini hanya fiktif belaka, di tulis berdasarkan imajinasi sang Penulis. Semoga bermanfaat.
Hengki Mau.