Cuaca hari ini sangat tidak bersahabat, udara terasa panas, dari ruangan kerja yang tersa pengab, saya mencoba keluar untuk mencari udara segar. Seluruh tubuhku terasa gerah, saya berlangka keluar meninggalkan gedung Layanan Info Publik, ya ini terjadi akibat dampak hujan lebat hari Minggu kemarin, membuat udara hari ini tersa panas.
Saya berlangka keluar mencari rimbunan pohon untuk mendapatkan angin segar namun sia-sia oleh karena disekitar tempat saya bekerja terasa kering dan tandus, hanya berdiri kokoh pohon beringin besar yang baru menampakan pucuk-pucuk dedaunan muda.
Saya berdiri sejenak memandang pohon beringin yang berdiri kokoh di hadapan saya, dan mencoba untuk mengamati proses pertumbuhan dan perkembangan pohon itu, ya.... ini adalah sebuah misteri tanpa kita sadari dan mungkin tidak pernah tahu bagaiman proses pertumbuhan pohon beringin yang berdiri kokoh ini, namun dapat saya katakan bahwa inilah kuasa Tuhan dalam diri setiap mahluk hidup ( Manusia Diam Alam yang berbicara ).
Dalam lamunanku memandang kokohnya pohon beringin yang ada didepan saya, terasa uluh hati ini teriris oleh gejolak angin kelaparan, badan terasa lemas, keringat halus menyelimuti tubuhku, konsentrasi terganggu, dan tidak dapat melanjutka analisa pada pohon beringin ini. Dengan menahan rasa perih saya menghadap pimpinan untuk mengambil waktu 20 atau 30 menit kembali kerumah untuk makan.
Di bawah teriknya matahari siang dan cuaca panas saya berjalan menelusuri jalan raya, hiruk pikuk dan asap kendaraan roda empat maupun roda dua membuat cuasa siang ini semakin panas dan sangat ekstrim, ya ini terjadi karena dampak dari musim kemarau oleh karena terjadi kekeringan.
Panas Terik mata hari siang ini sangat menyengat, kulit yang menempel membungkus tubuhku terasa panas, pori-pori kulitku sepertinya tidak mengeluarkan keringat oleh karena panas disertai angin kencang membuat kendaraan yang saya kemudi hampir terlempar kepinggiran trotoar, saya berhenti untuk membiarkan angin kencang itu berlalu di hadapanku.
Saya terpaku, terdiam dan membisu melihat dan menyaksikan kedasyatan angin kencang memporak-porandakan dedaunan kering yang ada di sekeliling saya, diangkaatnya hingga melayang diatas awan bagaikan layang-layang yang diperlombakan, melihat kejadian ini rasa lapar dan haus hilang seketika.
Oh.... Alam maafkan kami yang tidak tahu berterimakasih kepadamu, membuatmu tandus oleh karena keserakahan si manusia ini, engkau digunduli oleh manusia-manusia tamak yang egois ingin memperkaya diri dan mengorbankan sesamanya sehingga membuatmu murka seperti ini.
Kami tidak tahu malu karena telah melukai tubuh bumimu yang telah memberikan kami kehidupan, wahai bumi janganlah engkau murka kepada kami, maafkanlah kami oleh karena kami telah melukai tubuh bumimu yang adalah sumber kehidupan bagi kami umat manusia.
Kami sudah serakah kepadamu wahai bumiku, sekali lagi janganlah engkau murka kepada kami, biarlah semua murkamu ini dialami oleh kami digenerasi ini jangan engkau menyimpan murkamu terhadap anak cucu kami yang adalah generasi untuk menata kembali dirimu menjadi bumi yang seperti sediakala.
Mungkin sebelum kami, dirimu tidak seperti sekarang ini oleh karena pada jaman itu generasi terdahulu selalu merawatmu, tidak menebang sembarangan pepohonan yang tumbuh di atas tubuhmu, oleh karena mereka selalu menjaga keseimbangan lingkungan dimana mereka tinggal dan menetap karena mereka sadar bahwa engkaulah yang telah memberikan kehidupan dari berbagai sumber daya yang ada dalam dirimu.
Bumiku engkau adalah tempat dimana kami mendapat dan mengalami kehidupan ini, engkau memberikan keindahan kepada kami lewat tumbu-tumbuhan dan pepohonan yang tumbuh subur diatasmu.
Bumiku kini engkau jauh berbeda dengan bumi yang dulu, oleh karena ulah manusia jaman ini yang tidak bersahabat dan tidak bertanggung jawab terhadapmu yang telah memberikan kami kehidupan, mereka menggunduli tubuh bumimu, sehingga terjadi berbagai macam bencana, apabila dimusim hujan terjadi bencana banjir, tubuh bumimu di cabik-cabik dan terjadi longsor di mana-mana oleh karena tidak ada akar pepohonan yang menahan tubuhmu. Dimusim kemarau saat seperti ini terjadi badai angin kencang yang mengakibatkan terjadi kerusakan oleh karena hebatnya angin menerpa hamparan kosong tanpa ada tumbuhan yang berdiri kokoh diatas tubuh bumimu untuk menahan terpaan angin itu.
Para pembaca yang budiman, ini sebuah tulisan lepas berkaitan dengan situasi saat ini dan pengalaman yang saya alami sendiri beberapa hari yang lalu diseputaran kota Atambua, dilihat dari kondisi cuaca di wilayah Nusa Tenggara Timur pada khususnya kabupaten Belu mengalami kekeringan sehingga terjadi angin kencang melanda wilayah kita ini yang mengakibatkan kondisi alam tidak bersahabat dengan kita.
Pertanyaannya, mengapa ada kejadian seperti ini di wilayah kita dan kapankah kejadian seperti ini dapat berakhir, Sebagai generasi milenial yang cinta akan alam yang kita diami ini, mari sebelum musim hujan tiba, kita siapkan anakan pohon apa saja yang dapat kita tanam guna mereboisasi kembali Alam bumi kita tercinta ini demi generasi kita yang akan datang.
Semoga bermanfaat
Hengki Mau.