27/08/2022

HARTA,KEKAYAAN DAN KUALITAS DIRI.

Berbicara tentang harta berarti berkaitan dengan kekayaan yang merupakan segala sesuatu yang berwujud maupun tidak dan itu dapat di lihat dan dihitung dalam nilai mata uang untuk menentukan besaran dari nilai harta tersebut.

Saudari dan saudar para pembaca yang baik dalam kehidupan sehari-hari rumah tempat kita tinggal merupakan harta yang memiliki nilai dan bisa dihitung dalam satuan nilai mata uang dan nilainya dapat diuangkan sesuai dengan harga dari harta tersebut, harta juga bisa berasal dari transaksi jual beli yang memberikan manfaat bagi setia orang yang memilikinya.

Para pembaca yang budiman dalam menjalani kehidupan ini memiliki harta dan tidak memiliki harta adalah sebuah persoalan, karena yang memiliki harta belum tentu ada kedamaian dalam dirinya  karena selalu memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan hartanya, takut hilang di curi atau di rampok oleh orang lain dan ini membuatnya tidak tenang, selalu cemas saat tidak berada di rumah.

Dan yang tidak memiliki harta juga sama seperti yang memiliki harta, ia harus berpikir dan berusaha untuk bekerja keras agar mendapatkan segala sesuatu yang akan menjadi bagian dalam hidupnya untuk  dapat membiayai kehidupannya sehari-hari.

Para pembaca yang baik secara umum, kita berpendapat bahwa kekayaan itu adalah berapa jumlah harta yang dimiliki oleh seseorang secara keseluruhannya, namun menurut para pembaca apa si hakikat kaya itu. 

Menurut saya sebagai penulis artikel ini hakikat kaya bukan dari banyaknya harta, tetapi kedamaian yang ada dalam diri kita yang berpengaruh pada ketenangan batin dan jiwa kita. 

Para pembaca yang baik perjalanan kita dalam meniti tangga kehidupan memang tidaklah mudah, ada banyak persoalan dan permasalahan yang sering terjadi dalam kehidupan kita dan itu bukan hanya tentang bagaimana cara kita bertahan hidup, namun juga menikmati kehidupan yang kita jalani.

Ada banyak  aneka tawaran kenikmatan duniawi dengan berbagai porsi yang menggiurkan dan memanjakan kita contohnya Jabatan, pangkat, uang, dan harta kekayaan, yang membuat kita lupa diri dan berhadapan dengan pilihan dilematis, para pembaca, untuk berjalan melewati lika-liku kehidupan yang penuh dengan tantangan dan godaan, kita  memerlukan suatu kebijaksanaan sebagai panduan kebaikan dalam diri kita oleh karena  kebijaksanaan itu sangat berharga yang nilainya melebihi jabatan,pangkat, kekuasaan, dan lainnya. 

Para pembaca yang baik untuk menyingkirkan kelekatan pikiran yang terlalu terikat dengan harta benda, uang dan kekuasaan perlu adanya kebijaksanaan dalam diri kita, oleh karena keterikatan pada kekayaan dan kemuliaan diri, kadangkala mengikat pribadi kita, sehingga dengan sadar, kita mengabaikan dimensi diri dalam  relasi intim dengan suara hati kita sebagai dasar pijakan untuk menikmati kebahagiaan dan kedamaian dalam diri kita. 

Para pembaca perbuatan baik yang kita lakukan setia hari tidaklah cukup membuat kita memperoleh kedamaian batin, tindakan baik harus didorong oleh kemauan yang kuat dan usaha yang konkret untuk menjadikan kita bijaksana, Sebagai abdi negara ataupun pekerja menjadi kuli bangunan dan lainnya, kita ditantang bagaimana kebijaksaanan kita dalam mengelola kepercayaan yang diberikan lewat pangkat, kedudukan, anggaran dan sebagainya? Apakah kita sudah benar-benar mengelola kepercayaan itu secara bijak, jujur dan bertanggung jawab?

Atau, apakah kita seperti orang yang mempunyai segalanya yang selalu mengabaikan kebijaksanaan demi sebuah "status quo" dengan cara mempertahankan pendapat sendiri bahkan dengan sikap yang enggan melepaskan barang milik umum ? 

Sebagai pimpinan, apakah kita sudah berlaku bijaksana terhadap bawahan? barangkali kita terlalu legalistik, kaku, tanpa memberikan ruang kosong pada fleksibilitas demi menciptakan romantisme persaudaraan antar kita di dalam lembaga atau perusahaan tempat kita bekerja. 

Oleh karena itu, para pembaca yang Budiman sebagai manusia yang merupakan pekerja dan untuk menampilkan kualitas diri dan kualitas hidup mari kita lebih banyak membuka hati mengikuti suara batin yang memberdayakan kita, memberi diri dan waktu bagi hal-hal yang baik, hendaknya kita mampu dan mau membuang jauh-jauh sikap iri hati dan dengki, korupsi, kolusi, primordialisme, fanatisme suku dan agama, sikap congkak, sombong, dan sebagainya. Sebab jika kita tidak mampu melepaskan pengaruh itu, maka tubuh dan jiwa kita dikuasai oleh kejahatan dan dosa dan akhirnya, kita sulit menerima diri dan sesama kita. 

Semoga bermanfaat

Hengki mau. 

Hitam Putih Tenaga Honorer Dan Nasibnya.

Dalam upaya pemerintah pusat untuk mengatasi pertambahan jumlah tingkat pengangguran secara skala nasional maka melalui beberapa...